Selasa, 20 Maret 2012

Sejarah Persis ( Persatuan Islam )

logo-persisTampilnya jam’iyyah Persatuan islam (Persis) dalam pentas sejarah di Indonesia pada awal abad ke-20 telah memberikan corak dan warna baru dalam gerakan pembaruan Islam. Persis lahir sebagai jawaban atas tantangan dari kondisi umat Islam yang tenggelam dalam kejumudan (kemandegan berfikir), terperosok ke dalam kehidupan mistisisme yang berlebihan, tumbuh suburnya khurafat, bid’ah, takhayul, syirik, musyrik, rusaknya moral, dan lebih dari itu, umat Islam terbelenggu oleh penjajahan kolonial Belanda yang berusaha memadamkan cahaya Islam. Situasi demikian kemudian mengilhami munculnya gerakan “reformasi” Islam, yang pada gilirannya, melalui kontak-kontak intelektual, mempengaruhi masyarakat Islam Indinesia untuk melakukan pembaharuan Islam.
Lahirnya Persis Diawali dengan terbentuknya suatu kelompok tadarusan (penalaahan agama Islam di kota Bandung yang dipimpin oleh H. Zamzam dan H. Muhammad Yunus, dan kesadaran akan kehidupan berjamaah, berimamah, berimarah dalam menyebarkan syiar Islam, menumbuhkan semangat kelompok tadarus ini untuk mendirikan sebuah organisasi baru dengan cirri dan karateristik yang khas.
Pada tanggal 12 September 1923, bertepatan dengan tanggal 1 Shafar 1342 H, kelompok tadarus ini secara resmi mendirikan organisasi yang diberi nama “Persatuan Islam” (Persis). Nama persis ini diberikan dengan maksud untuk mengarahkan ruhul ijtihad dan jihad, berusaha dengan sekuat tenaga untuk mencapai harapan dan cita-cita yang sesuai dengan kehendak dan cita-cita organisasi, yaitu persatuan pemikiran Islam, persatuan rasa Islam, persatuan suara Islam, dan persatuan usaha Islam. Falsafah ini didasarkan kepada firman Allah Swt dalam Al Quran Surat 103 : “Dan berpegang teguhlah kamu sekalian kepada tali (undang-undang (aturan) Allah seluruhnya dan janganlah kamu bercerai berai”. Serta sebuah hadits Nabi Saw, yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, “Kekuatan Allah itu bersama al-jama’ah”.

Tujuan dan Aktifitas Persis

Pada dasarnya, perhatian Persis ditujukan terutama pada faham Al-Quran dan Sunnah. Hal ini dilakukan berbagai macam aktifitas diantaranya dengan mengadakan pertemuan-pertemuan umum, tabligh, khutbah, kelompok studi, tadarus, mendirikan sekolah-sekolah (pesantren), menerbitkan majalah-majalah dan kitab-kitab, serta berbagai aktifitas keagamaan lainnya. Tujuan utamanya adalah terlaksananya syariat Islam secara kaffah dalam segala aspek kehidupan.
Untuk mencapai tujuan jam’iyyah, Persis melaksanakan berbagai kegiatan antara lain pendidikan yang dimulai dengan mendirikan Pesantren Persis pada tanggal 4 Maret 1936. dari pesantren Persis ini kemudian berkembang berbagai lembaga pendidikan mulai dari Raudlatul Athfal (Taman kanak-kanak) hingga perguruan tinggi. Kemudian menerbitkan berbagai buku, kitab-kitab, dan majalah antara lain majalah Pembela Islam (1929), majalah Al-Fatwa, (1931), majalah Al-Lissan (1935), majalah At-taqwa (1937), majalah berkala Al-Hikam (1939), Majalah Aliran Islam (1948), majalah Risalah (1962), majalah berbahasa Sunda (Iber), serta berbagai majalah yang diterbitkan di cabang-cabang Persis. Selain pendidikan dan penerbitan, kegiatan rutin adalah menyelenggarakan pengajian dan diskusi yang banyak digelar di daerah-daerah, baik atas inisiatif Pimpinan Pusat Persis maupun permintaan dari cabang-cabang Persis, undangan-undangan dari organisasi Islam lainnya, serta masyarakat luas.

Kepemimpinan Persatuan Islam

Kepemimpinan Persis periode pertama (1923 1942) berada di bawah pimpinan H. Zamzam, H. Muhammad Yunus, Ahmad Hassan, dan Muhammad Natsir yang menjalankan roda organisasi pada masa penjajahan kolonial Belanda, dan menghadapi tantangan yang berat dalam menyebarkan ide-ide dan pemikirannya.
Pada masa pendudukan Jepang (1942-1945), ketika semua organisasi Islam dibekukan, para pimpinan dan anggota Persis bergerak sendiri-sendiri menentang usaha Niponisasi dan pemusyrikan ala Jepang. Hingga menjelang proklamasi kemerdekaan Pasca kemerdekaan. Persis mulai melakukan reorganisasi untuk menyusun kembali system organisasi yang telah dibekukan selama pendudukan Jepang, Melalui reorganisasi tahun 1941, kepemimpinan Persis dipegang oleh para ulama generasi kedua diantaranya KH. Muhammad Isa Anshari sebagai ketua umum Persis (1948-1960), K.H.E. Abdurahman, Fakhruddin Al-Khahiri, K.H.O. Qomaruddin Saleh, dll. Pada masa ini Persis dihadapkan pada pergolakan politik yang belum stabil; pemerintah Republik Indonesia sepertinya mulai tergiring ke arah demokrasi terpimpin yang dicanangkan oleh Presiden Soekarno dan mengarah pada pembentukan negara dan masyarakat dengan ideology Nasionalis, Agama, Komunis (Nasakom).
Setelah berakhirnya periode kepemimpinan K.H. Muhammad Isa Anshary, kepemimpinan Persis dipegang oleh K.H.E. Abdurahman (1962-1982) yang dihadapkan pada berbagai persoalan internal dalam organisasi maupun persoalan eksternal dengan munculnya berbagai aliran keagamaan yang menyesatkan seperti aliran pembaharu Isa Bugis, Islam Jama’ah, Darul Hadits, Inkarus Sunnah, Syi’ah, Ahmadiyyah dan faham sesat lainnya.
Kepemimpinan K.H.E. Abdurahman dilanjutkan oleh K.H.A. Latif Muchtar, MA. (1983-1997) dan K.H. Shiddiq Amien (1997-2005) yang merupakan proses regenerasi dari tokoh-tokoh Persis kepada eksponen organisasi otonom kepemudaannya. (Pemuda Persis). Pada masa ini terdapat perbedaan yang ckup mendasar: jika pada awal berdirinya Persis muncul dengan isu-isu kontrobersial yang bersifat gebrakan shock therapy paa masa ini Persis cenderung ke arah low profile yang bersifrat persuasive edukatif dalam menyebarkan faham-faham al-Quran dan Sunnah.

Persatuan Islam Masa Kini

Pada masa kini Persis berjuang menyesuaikan diri dengan kebutuhan umat pada masanya yang lebih realistis dan kritis. Gerak perjuangan Persis tidak terbatas pada persoalan persoalan ibadah dalam arti sempit, tetapi meluas kepada persoalan-persoalan strategis yang dibutuhkan oleh umat Islam terutama pada urusan muamalah dan peningkatan pengkajian pemikiran keislaman.

Sabtu, 17 Maret 2012

ADVENTURE TRAINING / OUTBOUND

Program ini menunjukkan bahwa kerjasama adalah suatu hal yang mutlak diperlukan dalam pencapaian tujuan. Berbagai permasalahan akan dihadapi oleh para peserta dimana mereka tidak mungkin menghadapinya sendiri. Saling ketergantungan, kerjasama, pentingnya komunikasi dan membangun suatu tim yang kompak adalah tujuan dari pelatihan ini.




Pelatihan ini sangat cocok bagi kelompok-kelompok kerja dalam suatu perusahaan untuk meningkatkan kinerja kelompok maupun bagi para peserta untuk membangun dan menciptakan suatu jaringan kerja. Mengasah jiwa kepemimpinan yang terdapat pada diri peserta. Permasalahan-permasalahan yang ada perlu dihadapi oleh peserta dengan pengambilan keputusan yang berkualitas. Kepercayaan diri, kemampuan untuk memimpin kelompok, kemandirian dan kemampuan untuk mengayomi dari para peserta akan digali dan dipelajari sebagai suatu bekal dalam kepemimpinan mereka di kehidupan sehari-hari.
Merujuk pada kenyataan bahwa hasil yang optimal lebih didominasi oleh faktor human resources assets (SDM) yang berkualitas dibandingkan oleh faktor financial assets, maka investasi yang paling strategis dalam meningkatkan kekuatan sebuah perusahaan adalah dengan peningkatan kualiatas Sumber Daya Manusia (SDM) dalam tubuh perusahaan yang tentunya dapat dicapai melalui kegiatan pelatihan (training) bagi karyawan (employee). Sementara Sumber Daya Manusia akan sulit untuk dikembangkan dan berkontribusi secara optimal bila hanya mengandalkan sisi intelektualnya semata, untuk itu dibutuhkan suatu rangkaian pengalaman dan pemahaman (experiential learning) untuk dapat memperoleh peningkatan kualitas individu yang fleksibel, mampu membangun sistem kerja yang strategis, mampu membangun kerjasama yang solid, mempunyai spirit kerja yang tinggi, dan mampu memberikan hasil yang maksimal kepada perusahaan.
Dengan konsep-konsep interaksi antara peserta dan dengan alam melalui kegiatan simulasi di alam terbuka diyakini dapat memberikan suasana yang kondusif untuk membentuk sikap, cara berpikir dan persepsi yang kreatif dan positif dari setiap peserta guna membentuk rasa kebersamaan, keterbukaan, toleransi dan kepekaan yang mendalam, yang pada harapannya akan mampu memberikan semangat, inisiatif, dan pola pemberdayaan baru dalam perusahaan melalui simulasi Outdoor Activities ini. Peserta juga akan mampu mengembangkan potensi diri, baik secara individu (Personal Development) maupun dalam kelompok (Team Development) dengan melakukan interaksi dalam bentuk komunikasi yang efektif, manajemen konflik, kompetisi, kepemimpinan, manajemen resiko, dan pengambilan keputusan serta inisisatif.
Dalam program ini akan diterapkan usaha terarah untuk penggunaan kesempatan belajar yang aktif demi memperkuat perubahan di dalam organisasi melalui pembelajaran individu
Didalam pelatihan yang akan diberikan, peserta akan dibekali dengan pengetahuan dan strategi yang berguna, khususnya dalam hal:
  • Dengan kemampuan yang sudah ada saat ini, peserta diharapkan dapat meningkatkan dan menggali potensi diri yang belum disadari.
  • Pembelajaran terhadap nilai-nilai tersebut dilakukan melalui experiential learning sehingga peserta akan lebih memahaminya.
  • Meningkatkan kemampuan kepemimpinan peserta, antara lain dalam kerjasama team, komunikasi internal maupun eksternal yang efektif, dan dalam pengambilan keputusan.
  • Meningkatkan kemampuan berpikir ‘liar’ dalam memahami dan mengatasi setiap masalah.
  • Memberikan pengalaman yang menarik dan menantang sebagai pembelajaran dalam menghadapi pekerjaan sehari-hari.
Materi dan Kegiatan yang diberikan semuanya mengandung manfaat manajerial sehingga akan didapat pengalaman-pengalaman yang berguna dalam pekerjaan sehari-hari seperti:
  • Mengoptimalkan keeikutsertaan karyawan dalam semua kegiatan acara.
  • Menambah rasa percaya diri dalam melaksanakan tugas yang diberikan.
  • Meningkatkan kepekaan karyawan terhadap masalah sesama dalam perusahaan.
  • Memahami peran & fungsi serta tanggung jawab masing-masing dalam pekerjaan.
  • Menjadikan individu dalam perusahaan lebih siap terhadap perubahan dan perkembangan dunia usaha.
Diantara materi yang diberikan, para peserta juga akan mendapatkan pengetahuan dan pengalaman praktis guna mengembangkan potensi diri dalam hal: self confidence, leadership dan self motivation.
  • Memahami perbedaan dalam kelompok.
  • Keterbukaan sikap (self disclosure).
  • Memberi dan menerima umpan-balik (feedback).
  • Memahami lebih jauh manfaat dan pentingnya bekerja-sama dalam tim.
  • Mengetahui prinsip kerja Team Work yang Sinergis.
  • Mempersiapkan peserta untuk menerapkan asas-asas kerjasama kelompok dan budaya baru (encounter culture) dalam unit organisasi masing-masing.
  • Identifikasi masalah-masalah kerjasama antar-fungsi dan antar-lapisan organisasi serta rencana perbaikannya .
  • Menetapkan langkah yang tepat untuk mengatasi berbagai situasi sulit dalam team.
  • Mengetahui faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dan dievaluasi dalam pembentukan Tim yang solid, pemilihan personil dan mengatasi hambatan yang biasanya terjadi dalam Tim.
  • Mengetahui bagaimana mengevaluasi team performance dan mengarahkan perbaikan-perbaikan guna efisiensi & efektifitas tim selanjutnya.
  • Meningkatkan kepekaan karyawan terhadap masalah sesama dalam perusahaan.
  • Komitmen terhadap tujuan tim dengan antusias, saling memberi informasi dan pengalaman.
  • Terbentuknya suatu tim yang solid dengan kinerja yang efektif yang mengahasilkan outcome yang maksimal dalam pencapaian tujuan perusahaan.
Pada kesimpulannya, setiap aktivitas yang ada dalam pelatihan ini baik berupa diskusi (indoor-class) maupun kegiatan simulasi di luar ruang merupakan experiential activities yang ditargetkan secara specifik untuk memahami pembentukan dan membangun suatu tim (team building) dalam rangka meningkatkan pencapaian tujuan tim dan pada akhirnya mengahasilkan outcome yang maksimal dalam pencapaian tujuan perusahaan.