Pada bulan kesepuluh Hijriyah dan diikuti sekitar seratus empat puluh kaum Muslimin yang datang dari seluruh penjuru Arabia untuk melakukan haji perpisahan atau haji yang terakhir kalinya bagi Rasulullah. Teman-teman, wahyu yang terakhir turun yaitu (Q.S. Al Maidah, 5 : 3) dengan turunnya ayat tsb artinya pada hari itu juga agama islam telah sempurna dan tidak akan turun wahyu lagi, yang menangis mendengar turunnya ayat tsb adalah Umar bin Khatab “bukankah ya Rasulullah, jika sesuatu telah mencapai titik kesempurnaan, maka yang datang adalah suatu kemunduran?” Tanya Umar, Rasulullah menjawab “Engkau benar, ya Umar”
Teman-teman, setelah turunnya ayat tersebut, Rasulullah masih hidup selama 81 hari ditengah para sahabatnya. Pada suatu malam, (hari itu adalah hari pertama Rasul sakit) Rasulullah tidak bisa tidur, akhirnya beliau pergi ke suatu tempat bersama pembantunya Abu Muwayhiba, “aku mendapat perintah memintakan ampun untuk penghuni Baqi” kata Rasulullah. Ketika sampai, setelah meminta ampun, Rasulullah berkata “Abu Muwayhiba, aku telah diberi anak kunci isi di dunia ini serta kekekalan didalamya, lalu surga. Aku disuruh memilih ini atau bertemu dengan Allah lalu surga”. Hampir memohon, Abu Muwayhiba berkata “demi ayah bundaku, ambil sajalah kunci isi di dunia ini dan hidup kekal di dalamya, lalu surga”. “Tidak, aku memilih kembali menghadap Allah dan surga” pada hari-hari pertama Rasul sakit walau saat demam tinggi beliau teteap pergi ke masjid untuk memimpin shalat.
Pada saat telah dekat waktu wafat Rasulullah sekelompok sahabat berkumpul di rumah Bunda Aisyah, disinilah beliau melewatkan masa sakitnya sampai kelak beliau wafat. Beliau berwasiat “Hendaklah Ali memandikanku, Al Fadhal bin Abbas dan Usamah bin Zaid menuangkan air. Dan kemudian kafanilah dengan kain saya. Letakan jenazahku diatas tempat tidurku lalu bawalah saya keluar sejenak,maka awal yang memberi shalawat adalah Allah Azza wa Jalla, lalu Jibril, Mikail, Israfil dan segenap malaikat”
Usamah bin Zaid mendengar Rasullulah sekit keras. Ketika itu ia sedang memimpin kaum Muslimin untuk mengusir kekuasaan Romawi, ia kembali ke Madinah hanya untuk menjenguk Rasulullah…
Rasulullah menyuruh Bilal untuk menyampaikan pada Abu Bakar untuk memimpin shalat menggantikan beliau karna kondisinya sudah tidak memungkinkan, saat Bunda Aisyah medengarnya dia berkata pada Rasulullah “Ya Rasulullah, Ayahku adalah orang yang lemah dan jika menggantikan engkau, sunnguh dia tidak akan mampu” pandangan tajam Bunda Aisyah sudah mampu menangkap maksud jauh Rasulullah dengan meminta ayahnya menjadi imam, berarti Rasulullah sudah memberi isyarat bahwa Abu Bakarlah yang kelak memimpin kaum Muslimin setelah beliau.
Pada suatu hari Rasul dituntun sepupunya Fadhal bin Abbas ke masjid untuk melakukan shalat berjamaah terakhirnya, di Masjid, Abu Bakar sedang memimpin shalat subuh, melihat Rasulullah datang, kaum Muslimin yang sedang shalat saking gembiranya sampai tidak khusyuk dalam shalatnya. Abu Bakar merasakan gerakan mendadak pada para jamaah, maka dia mendapat kesimpulan bahwa Rasulullah datang, maka Abu Bakar mundur dari tempatnya untuk memberi tempat untuk Rasulullah menjadi imam, tapi Rasulullah mendorongnya kembali dan beliau shalat sebagai makmum. Beliau sangat senang melihat kaum Muslimin sudah memenuhi masjid dengan penuh semanagt beribadah. Setelah selesai shalat, para Kaum Muslimin beranggapan bahwa kondisi Rasul sudah pulih kembali, dan mereka tidak mengetahui bahwa hari itu adalah hari terakhir beliau. Sampai-sampai Usamah bin Zaid meminta izin untuk memberangkatkan pasukannya yang sempat tertunda, Abu Bakar juga mengunjungi salah seorang istrinya yang berada di Madinah dan semuanya kembali pada urusan masing-masing. Saat pulang, demam beliau semakin tinggi sampai beliau pingsan.
Hari itu tanggal 08 juni tahun 632 Masehi, hari itu Allah memerintahkan Izrail sang Malaikat Maut untuk mencabut roh Rasulullah “Turunlah engkau kepada kekasih-Ku dengan rupa yang sebagus-bagusnya dan bersikaplah lemah lembut kepadanya saat menngenggam rohnya. Apabila ia telah memberi izin kepada engkau, maka barulah engkau memasuki rumahnaya. Apabila tidak diizinkan, maka janganlah engkau masuk dan kembali sajalah!”. Saat itu Rasullulah sedang berbaring lemas di tengah ruangan dipangkuan Bunda Aisyah. Fathimahlah yang membukakan pintu, dan ia sangat terkejut mengetahui siapa yang datang pada saat itu.
“Seorang lelaki Arab memenggil Ayah. Telah aku katakan kepadanya bahwa Rasulullah repot dengan dirinya. Kemudian orang itu memanggil sekali lagi dan kuberi jawaban yang sama, tetapi dia memandangku. Maka, tegak meremanglah bulu roma kulitku, takutlah hatiku, gemetar segala tulang persendianku, dan berubah pucatlah warna kulitku.” Rasulullah menjawab “Tahukah engkau siapa yang datang ya, Fathimah?” “Tidak tahu, Ayah” “Itulah dia pemusnah segala kelezatan hidup, pemutus segala kesenangan, pencerai-berai persatuan, peroboh rumah tangga, dan penambah ramai penghuni kubur”
Mendengar itu, mengertilah putri Rasulullah itu siapa yang kini telah datang. Menangislah Fathimah dengan tangis yang keras menjadi-jadi. Rasulullah menghapus air mata putrinya itu dan berkata “Ya, Fathimah, janganlah menangis sebab engkaulah anggota keluargaku yang pertama akan menyusulku” mendengar ucapan ayahnya, Fathimah tersenyum kembali. Pada saat itu kepala Rasulullah berada tergeletak dipangkuan Bunda Aisyah.
Rasulullah berkata pada Malaikat Maut yang menunggu diluar “Silakan engkau masuk ya malaikat maut” lalu masuklah Izrail sambil megucapkan salam, lalu dijawab oleh Rasulullah. Rasulullah bertanya “Ya malaikat maut, dimana tadi engkau tinggalkan Jibril?” “saya tingglkan dia dilangit dunia dan para malaikat senantiasa memuliakannya” “Bolehkah saya meminta Jibril untuk datang?” maka Jibril pun datang menyusul dan duduk dekat kepala Rasulullah “Ya Jibril, apakah engkau tahu bahwa perintah sudah dekat?” “Benar ya Rasulullah” angguk Jibril. “Gembirakanlah saya ya Jibril” maka dengan penuh keagungan pada Rasulullah, Jibril menghibur Rasulullah dengan berkata “Sesungguhya, pintu-pintu langit telah terbuka dan para Malaikat telah siap berbaris menunngu kedatangan roh engkau di langit. Pintu-pintu surga telah dibuka serta para bidadari telah berhias untuk menyongsong kedatangan rohmu” “Alhamdulillah. Namun sesungguhya bukan itu yang kutanyakan, melainkan bagaimana keadaan umatku pada Hari Kiamat nanti?”
Jibril tercenung. Inilah orang yang begitu mulia. Pada saat ajalnya telah menjelang, justru ia baru akan merasa senang jika mendengar kabar tenteng nasib umatnya nanti. Jibril menjawab “Aku beri engkau kabar gembira bahwa Allah telah berfirman ‘Sesungguhnya, Aku telah mengharamkan surga bagi semua nabi sebelum engkau memasukinya, juga pada ummat manusia sebelum umatmu memasukinya’ ” “Sekarang barulah senang hatiku dan hilang rusuhku. Ya Malaikat Maut, sekarang mendekatlah kepadaku” lalu Izrail mendekat dan melakukan pemeriksaan sejenak untuk menggenggam roh Rasulullah.lalu perlahan-lahan, Izrail menarik roh Rasulullah, setelah mencapai pusat, Rasulullah menoleh pada Jibril dan berkata “Ya Jibril, alangkah beratnya penderitaan maut itu. Allahumma ya Allah, tolonglah aku dalam sakaratul maut ini”. Lalu Jibril memalingkan wajah dari Rasulullah. Melihat itu Rasulullah bertanya “apakah engkau benci melihat wajahku?” “Wahai kekasih Allah, siapa kiranya gerangan yang sampai hati melihat wajahmu, sedang engkau sedang sakaratul maut?”
Rasulullah yang sedang berada dipangkuan bunda Aisyah. Bunda Aisyah menuturkan “Terasa olehku Rasulullah sudah memberat di pangkuanku. Kuperhatikan air mukanya. Ternyata, pandangan beliau mengarah ke atas seraya mengucapkan ’Wahai Handai Tertinggi dari surga’”
Anas bin Malik yang turut hadir mengatakan “Ketika roh Rasulullah telah sampai di dada, beliau masih dapat bersabda ‘Aku berpesan kepada kamu semua tentang shalat dan tentang hamba-hanba yang berada di bawah tanggung jawab kamu’ Dan pada penghujung napasnya yang terakhir, beliau menggerakan kedua bibirnya 2 kali, lalu aku medekatkan telingaku pada bibir beliau dan aku mendengarkan baik-baik, beliau barkata perlahan ‘Ummati! Ummati!’ (Umatku! Umatku!)”
Hari itu hari Senin tanggal 12 Rabiul Awal tahun kesebelas Hijriah pada kala matahari telah tergelincir di tengah hari, sementara wajah beliau dalam keadaan berseri-seri dan tersenyum. Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun… meskipun Fathimah telah bersabar atas kematian ayahnya, dia tidak pernah tertawa setelah kematian beliau. Abu Ja’far juga mengatakan, “Aku tidak pernah melihat Fathimah tertawa setelah wafat Rasulullah”
Teman-Teman, ternyata Rasulullah sangat menyayangi kita, ketika ajal menjemputnya, Rasulullah masih sempat memanggil-manggil kita, selaku umatnya. Subhanallah…
Sebuah syair berbunyi ,
Sekiranya dunia ini kekal untuk seseorang,
Sesungguhnya Rasulullah adalah penghuninya yang abadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar